May 16, 2015

Vakansi to Garut (Part I)


Libur tlah tiba... libur tlah tiba hore.. hore.. horreee...
begitulah yang gua rasakan seperti lagunya tasya kamila.  Ketika urusan apapun yang menjubel jubel di kepala akhirnya bisa gua segarkan atau di-refresh isi otak gua dengan pencet F5 pada keyboard, ya ngga lah haha.
Pada akhirnya gua dengan segenap teman-teman kuliah dan jajarannya berlibur ke sebuah kota yang terkenal dengan berbagai kulit, mulai dari kulit domba, kambing, sapi, gajah, uler, cicak, kecoa, nyamuk, semut. Tau kan kota apa? yap betul kota Garut. Tapi gua ke sana bukan mau nyari kulit kulit, tapi untuk pergi ke sebuah gunung, yang kata orang Garut di sana katanya, "anu Gunung di di'e teh Gunung anu pang paling tinggi na kang" itu lah yang di katakan kang ujang supir angkot yang membawa gua dan teman-teman ke gunung Cikuray, untuk di antar kan sampai ke pos pemancar. 

Untuk di antarkan ke pos pemancar itu tidak mudah, karena ketika lo tiba di terminal Garut, di situ lah lo bakal di kerumunin para preman-preman terminal yang bakal mencubit-cubitin pipi lo, ya ngga lah... haha 
Tentunya mereka bakal menawarkan pengantaran ke gunung cikuray. Akhirnya kami pun di kerumunin preman-preman terminal yang memaksa kami untuk menuruti tawarannya. Tetapi preman tersebut tidak begitu terlihat menyeramakan dengan baju kaos oblong putihnya yang berkaca mata hitam, dan memegang tongkat. Gua pikir tukang pijat, tapi ternyata tukang preman yang nyamar jadi tukang pijat kayanya. Pada akhirnya setelah berlarut-larut bernegosiasi kami pun mendapatkan angkot yang murah dan langsung mengantarkan ke pos pemancar. Karena kata kang ujang supir angkot yang membawa kami, "angkot di di'e teh dikit anu nganterkeun sampai pos pemancar, aya na teh cuma opat". Kata kang Ujang itu betul, kalau naik angkot yang salah pasti di anterinnya ngga sampai pos pemancar dan bakal di turunin di pertigaan dan harus naik ojek lagi untuk ke sampai pos pemancar. 

Di pos pemancar di sana banyak para pendaki yang mau naik maupun habis turun, seketika tiba di pos pemancar gua dan teman-teman menginap di suatu mushola karena ngga mungkin kan naik dari sore hari, bisa-bisa kena malem hari dan ketemu babi hutan atau nyamuk hutan dan lainnya. Akhirnya kami pun tidur dalam mushola tersebut, malam semakin larut udara dingin pun semakin melekat dengan  badan, tidur kami pun semakin tidak karuan dengan badan saling tumpuk kaya roti lapis, bertumpuk untuk saling menghangatkan. Tak sadar kami semua terlelap tidur karena tak tahan dengan dingin nya udara malam yang sangat menusuk tulang kami.

To be continue~

3 comments:

  1. hmm, gaul ya liburannya.
    gue dulu ke garut gara-gara pergi ke rawa buaya.....
    dari bandung ke garut pakai mobil. perjalanannya kerasa juga..

    ReplyDelete
    Replies
    1. *ranca buaya
      abis itu baru ke garut :)

      Delete
    2. haha itu hobi aja. Ke garut pergi ke tempat apa ? siapa tau ada tempat recommend

      Delete

Silahkan bebas komentar dengan bahasa yang sopan ya, promosi blog sendiri juga boleh kok lebih baik begitu dari pada nyebar Spam di dalam comment. Terima kasih atas perhatiannya :))